Langsung ke konten utama

Berbagi 'Cinta' dengan Negara (2)

Ya, bernafas untuknya. Untuk dia yang selalu kunanti. Dia yang selalu kudoakan setelah aku berdoa untuk orang tuaku. Setiap nafas yang telah kuhela, terbersit dan tersimpan dalam memori otakku akan kabarmu disana. Kau mungkin tak akan mengerti gejolak apa yang kurasakan ketika aku menghela nafas. Aku mungkin memang terlalu berlebihan untuk memikirkannya. Aku selalu merasakan "Apakah ia yang kucinta bisa bernafas bebas tanpa sesak merenggut dada disana?".

Ya, sedikit cerita. Aku memiliki sebagian dari dirinya. Dirinya yang kucinta. Seorang taruna tingkat 4 di Akademi Militer Magelang. Lelaki itu bernama Ahmad. Ya, Ahmad. Namun aku selalu memanggilnya Bang untuk menghormati dan mengasihinya. Aku berkata pada kau bahwa aku 'memiliki sebagian dari dirinya'. You know what I mean? I mean I just have about a half of his 'heart', a half of his 'time'. Yes, because another half again it dedicates for this red-white country. Ya, kau bisa bilang bahwa aku diduakan. Ia selingkuh. Ia berdusta bahwa hanya aku satu-satunya. Ya, dia berdusta. Aku benci. Tapi kebencianku ini membuatku semakin bangga terhadap sosoknya. Aku bangga, dia bisa 'melayani' negara, 'melayani' sepenuh jiwa raga. Hingga titik darah penghabisan. Apakah kekasihmu bisa melakukannya ? Tidak? Ya, itulah yang aku kasihani kepada kau. Kau tak bisa merasakannya. Kau tak bisa merasakan bagaimana rindu mengalir deras diurat nadiku ketika aku sudah lama tak bertemu dengannya demi 'selingkuh' dengan ibu pertiwi. Aku hanya bisa tertawa lepas melihat kau tak bisa merasakannya.

Ketika rindu itu datang, hatiku berasa gemetar layaknya aku mendapat sambaran petir yang tepat menyambar hati. Mungkin terlalu berlebihan, tapi itulah yang kurasakan kemarin, hari ini, dan hari-hari seterusnya. Bayangkan saja, ketika kau rindu dengan pacarmu yang dekat saja kau selalu menangis minta bertemu dengannya, bahkan terkadang kau akan mutung (ngambek) terhadap orang yang kau bilang 'chayangku', 'beibh' atau apapun itu. Hei, tenggoklah ke arahku. Seharusnya kau bersyukur bisa dekat dengannya. Dekat dikonteks jarak. Namun apakah kau merasa dekat dikonteks hati? Aku tidak mau tahu bagaimana kau mencintai kekasihmu itu, tapi lihatlah aku disini! Lihatlah, tataplah, perhatikan langkahku! Perhatikan langkah perempuan yang berusaha merobohkan gagahnya tembok akademi. Tembok yang menghalangiku bertemu dan bersua dengannya. Tapi aku sadar, aku tidak memiliki kekuatan untuk menghancurkannya.

Tapi lihatlah! Aku memiliki kekuatan untuk menunggunya keluar dari gerbang hitam besar yang terdapat katga berwarna emas di kanan serta kirinya dan bertuliskan megah "AKADEMI MILITER". Itulah kekuatanku. Kekuatan menunggu seorang ksatria Lembah Tidar yang dicintai, dikasihi dan dirindukan. Maka dari itu, aku pikir itu adalah senjata bagiku untuk bertahan, untuk melawan dan untuk menerima. Untuk bertahan, bertahan demi cintaku padanya. Untuk melawan, melawan keegoisan diri, demi melawan problematika yang kadang terjadi antara kami berdua. Dan untuk menerima, menerima kenyataan bahwa aku tak seharusnya egois. Aku tak seharusnya galau dan risau ketika hari menunjukkan hari Senin,Selasa,Kamis, dan Jum'at. Yah, empat hari itu bukan milikku. Ahmad sedang berselingkuh dengan padatnya jadwal kuliah, padatnya latihan fisik, padatnya acara-acara didalam asrama. Dan itu semua ia lakukan demi ibu pertiwi kelak.

Andai saja aku bisa bertemu ibu pertiwi, aku akan mengajaknya kopi darat dan membicarakan hal-hal penting yang harus aku tanyakan kepadanya. Dan ini  menyangkut Bang Ahmad. Satu hal yang ingin kutanyakan padanya, bisakah Ibu Pertiwi menjaga dan mencintai Bang Ahmad seperti apa yang kulakukan kepada Bang Ahmad selama ini? Aku harap bisa. Karena aku akan marah apabila Ibu Pertiwi tidak bisa melakukan apa yang aku lakukan ini. Kau bayangkan saja, aku rela dimadu demi Ibu Pertiwi, tetapi apakah ia bisa menjaga dan mencintainya juga? Kalau Ibu Pertiwi tidak bisa, aku akan marah dan kecewa. Karena kadar cinta Bang Ahmad terhadap Ibu Pertiwi sama dengan kadar cinta kepadaku. Aku ingin Ibu Pertiwi memberi feedback.

Apalagi asal kau tahu saja, bahwa tak lama lagi Ahmad akan menempuh kewajiban barunya. Kewajiban yang 'sesungguhnya'. Melayani Ibu Pertiwi. Ya, itulah yang membuatku membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah pertengahan 2013 mendatang.

(to be continue)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Avril Lavigne - Wish You Were Here

Avril Lavigne - Wish You Were Here [Verse 1:] I can be tough I can be strong But with you It's not like that at all There's a girl That gives a shit Behind this wall You just walked through it [Pre-Chorus:] And I remember all those crazy things you said You left them running through my head You're always there, you're everywhere But right now I wish you were here. All those crazy things we did Didn't think about it, just went with it You're always there, you're everywhere But right now I wish you were here [Chorus:] Damn, Damn, Damn, What I'd do to have you Here, here, here I wish you were here. Damn, Damn, Damn What I'd do to have you Near, near, near I wish you were here. [Verse 2:] I love The way you are It's who I am Don't have to try hard We always say Say it like it is And the truth Is that I really mi-I-iss [Pre-Chorus:] All those crazy things you said (things you said) You left them running through my head (through my head) You...

Aku melawan mentari.

Berfikir lagi, menangis lagi, menyendu-nyendukan diri kembali. Terjebak di kebutaan hati. Terperosok tanpa arah tujuan di keheningan malam yang sunyi. Berselimutkan dinginnya angin malam yang seolah menusuk hingga relung hati. Butuh kehangatan dan cahaya pijaran meski setitik. Tapi? Bisakah aku menemukannya? Bahkan aku tak tahu kini ada dimana, sunyi, gelap, buta! Apa yang kau fikirkan, ha? Masa bodoh kau mau fikirkan tentangku, tentangnya atau tentang sesuatu yang berbisik dari kejauhan memanggil-manggil syahdu namamu di kesunyian malam. Aku tak ingin kau fikirkan, bahkan kau rasakan. Karena aku bukanlah sebotol sambal yang bisa kau tuang, kau colek, kau makan dengan lahap. Itu bukan aku! Aku lebih berharga dari sebotol sambal bermerek abjad berurutan yang biasa kau santap! Persetan dengan kau yang menganggapku laiknya sebotol sambal.. Kau persetan! Aku sombong, dan aku bahagia dengan kesombonganku.. Aku bangga aku menjadi emas diantara kotoran-kotoran sapi yang tercecer dihalaman...

Fenomena Implikasi Media Internet dalam Kebudayaan Informasi Masyarakat

Akhir-akhir ini teknologi informasi berkembang pesat. Teknologi yang berkembang pesat ini seolah-olah menjadi jawaban dari ketidakpuasan manusia akan teknologi yang mutakhir. Teknologi mutakhir ini salah satunya adalah internet. Internet kini merupakan kebutuhan setiap manusia modern dalam menjalankan aktivitasnya.            Internet tidak hanya menjadi mesin pencari informasi. Namun kini internet dapat diandalkan sebagai alat untuk berkomunikasi. Melalui internet, kita dapat memanfaatkan teknologi Video Call , Chatting maupun Social Networking untuk berkomunikasi. Video Call memudahkan kita untuk mengobrol sembari bertatap muka via webcam. Jika tidak ingin menggunakan komunikasi oral, kita bisa menggunakan chatting yang dapat memudahkan kita untuk bercerita panjang lebar dengan mengetik lalu mengirimnya. Selain Video Call dan Chatting , kita juga bisa memanfaatkan Social Networking seperti Facebook untuk saling berkomentar di d...