Langsung ke konten utama

Yang Berpendar

Poros warasku berputar
Seolah mencari sesuatu yang berpendar
Ia kira matahari atau bintang
Nyatanya hanya sebuah nyala arang

Ia bersikeras berhenti
Kecewa sebab ekspektasi
Yang terlampau tak ditemui
Meski ribuan kali mencari

Dipanggilnya angin muson barat
Berharap ia bisa beri isyarat
Namun diberikannya hujan lebat
Serta angin yang bertiup hebat

Lalu, diundangnya Badai Katrina
Sayang, ia sedang bertugas
Menanyakan kabar benua Amerika
Kira-kira sampai tanggal sebelas

Kecewa dan ia bertanya pada mantel bumi
"Apa hal yang paling terang?"
Ia memberi jawaban pasti
"Kau menyebutnya... Tenang"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papan Kelas X A #1

Ketika aku menulis cerita ini. Cerita yang mungkin beberapa bagiannya sudah terlupakan. Ya, karena memang cerita ini cerita beberapa tahun yang lalu, kira-kira hampir delapan tahun yang lalu. Sewindu. Bukan lagu Tulus, penyanyi kenamaan Indonesia. Sewindu itu berarti sudah 96 bulan, atau kurang lebih 2.920 hari, kalau pake hitungan 365 hari dalam setahun. Cukup lama juga, ya? Hehehe. Tapi nggak selama masa kekuasaan Sobhuza II, Raja Swaziland, sih.  Sewindu yang lalu, tepatnya tahun 2010, waktu lagu Justin Bieber yang judulnya "One Time" jadi hit di kalangan remaja, ya salah satunya aku. Jujur, dulu aku pernah membuat video cover  dari lagu ini di ruang kelas X A,  lip sync sih sebenarnya. Sampai sekarang masih kusimpan file nya di hard disk yang aku ambil dari laptop pertamaku merk Lenovo yang aku sudah lupa serinya, yang jelas bentuknya masih bulky  tapi sudah lumayan high end  di zamannya. Sudah, lupakan kegiatan cover meng cover ini. Lucu sekali lah kalau benar-b

Bruno Mars - Long Distance

There's only so many songs that I can sing To pass the time And I'm running out of things to do To get you off my mind Oooh... All I have is this picture in a frame That I hold close to see your face everyday With you is where I'd rather be But we're stuck where we are And it's so hard, you're so far This long distance is killing me I wish that you were here with me But we're stuck where we are And it's so hard, you're so far This long distance is killing me It's so hard, it's so hard Where we are, where we are You're so far This long distance is killing me It's so hard, it's so hard Where we are, where we are You're so far This long distance is killing me Now the minutes feel like hours And the hours feel like days While I'm away Ya know right now I can't be home But I'm coming home soon Coming home soon All I have is this picture in a frame That I hold close to see your face

Catatan Untuk Suamiku, Kalau Ada

Pertama-tama puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Segala yang sudah memberikan takdir aku bisa membangun rumah tangga denganmu. Kedua, untuk orang tuaku karena sebelum aku denganmu, semuanya ditanggung mereka. Untuk orang tuamu juga: terima kasih untuk mereka karena telah melahirkan orang yang akhirnya bisa diajak berjuang bersama untuk bertahan di sisa usiaku. Lalu, aku juga berterima kasih kepadamu, yang kini aku panggil suami. Karena sudi aku panggil suami. Hehehe, tidak juga. Lebih dari itu, karena sudah sudi menanggung aku. Semoga aku tidak memberatkan hidupmu di dunia dan akhirat. Semoga. Ada beberapa hal yang mungkin baiknya kamu tahu. Oh, ya sebelumnya, aku tidak tahu kamu akan membaca ini kapan. Semoga tidak kapan-kapan, karena kapan-kapan kemungkinan besar akan menjadi tidak pernah. Jadi, secara umum yang akan aku sampaikan ini berlaku sejak kamu mengucapkan akad untuk meminangku, bukan setelah kamu baca catatan ini. Sebuah disclaimer . Suamiku, aku yakin kamu sekar