Pernah ngalamin nggak sih dicap orang yang kita kenal sebagai anak baper? "Woyy, baperan!", "Dasar manusia baper!", "Idih gitu doang baper!" dan semacamnya. Mungkin sebagian besar orang pernah ya. Aku pun juga gitu. Banyak orang terdekatku yang menganggap aku baperan. Misal, waktu berusaha deket sama lawan jenis. Namanya juga usaha, semua orang pasti akan nglewatin masa-masa PDKT (Pendekatan) sama orang yang menurut kita menarik kan? Agak mustahil kayaknya kalo hubungan percintaan nggak didahului sama tahapan ini. Nah, waktu masa-masa PDKT pasti kita dan orang yang deket sama kita akan berusaha ngasih perhatian, dalam kadar yang sebenernya subjektif: maksudku kadang kita ngasih perhatian yang biasa aja tapi orang yang deket sama kita nganggep yang lebih dan sebaliknya. Nah di sini nih letak potensi kita akan dicap sebagai "Baperan". Nih ya, kita cerita sama sahabat misalnya, trus sahabat kita nyeletuk "Eh, udah lah jangan baper! Baru d
Si mata dua pasang Tersenyum simpul namun tak garang Ditampakkannya gigi yang tak kunjung tanggal Meski yang baru telah menjegal Si mata dua pasang Yang jiwanya setajam parang Dibelahnya batuan pantai Lalu ia sebar di pinggiran sungai Si mata dua pasang Jiwanya goyah diterjang bandang Namun ia tidak pernah jatuh Karena takdir akan selalu patuh Si mata dua pasang Hai, si mata dua pasang Jika aku bisa berterus terang Aku rindu wangi tubuhmu menjelang petang.