Kapan? |
"Kapan kamu lulus?"
"Kapan dapet kerja?"
"Kapan kamu nikah?"
"Kapan punya anak?"
"Kapan kurus?"
"Kapan kamu beli rumah?"
"Kapan kamu jsdegdkjbdjawgdiw?"
dan sebagainya.
Cuma satu pertanyaan yang kayaknya nggak muncul dari orang secara langsung di depan mata kita, "Kapan kamu mati?".
Entah siapa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di awal tulisan ini jadi sebuah topik small talk yang wajib a'in kalau kita ketemu sama temen, terutama temen yang udah lama banget nggak ketemu.
Sebenernya menurut saya pribadi, hal-hal itu terlalu sensitive untuk diobrolin apalagi untuk ranah small talk. Kesannya nggak pantes tiba-tiba kita tanya pencapaian seseorang. Rasanya tuh kayak lagi nyebrang di trotoar jalan, tiba-tiba ada truk nabrak dengan kecepatan 120 km/jam. Mengagetkan, lalu nggak ngerasain apa-apa karena udah mati.
Atau kalo nggak mati minimal brain freeze seketika, karena nggak tau jawabannya apa.
Dan atau biasanya setelah brain freeze, terus baper (kebawa perasaan) dan cenderung ngerasa discouraged (Tolong netizen yang budiman, jangan ditiru untuk bagian ini). Biasanya kalo udah ngerasa kayak gini, saya malah ngerasa gloomy dan it is the end of the world. Lebay sih, tapi ya emang gini! Some people may feel ashamed when telling about their weakness(es). Yet, I don't. I try to embrace and deal with my weakness(es), then I try to fix it.
Mungkin saya masuk di satu kategori dari tiga kategori orang yang bereaksi atas pertanyaan-pertanyaan sebelum ini, of course versi pengamatan receh saya.
Kategorinya antara lain:
1. The -Easy-to-be-Discouraged-One (in which I am a part of it)
Well, this kinda person does not like to be asked about his/ her life achievements. Orang-orang dalam kategori ini akan kepikiran terus (in negative way) tentang pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka akan ngerasa cemas, atau parahnya lagi mereka bisa aja ngerasa depressed karena kepikiran terus! Mungkin kalian bisa ubah cara menyampaikannya untuk orang-orang seperti ini. Jangan dihakimi. They don't do crime. Jangan dijauhi. They are not infected serious illness. Mungkin kalian bisa dekati orang ini dulu sebelum tanya soal pencapaian hidupnya.
Don't be straight forward, unless they will be mad at you! (Eh, curcol, Mbak?). Kalian bisa tanya dengan pake kata-kata, "Wah ayo dikit lagi, pasti bisa tuh skripsi gampang kok! Pasti ginian doang bisa lah". Dengan pake kata-kata barusan, dijamin mereka nggak akan marah, Malah, mereka akan ngerasa courageous karena ada orang yang akhirnya bisa paham soal cara pikir mereka dan mendukung apa yang mereka lakukan. Jadi, kalo kalian ketemu sama orang macem orang ini, lakukanlah apa yang saya sarankan. Trust me, it works!
2. The-Motivated-One
Orang dalam kategori ini sebenernya panutan banget karena mereka bisa mengubah pertanyaan-pertanyaan itu jadi acuan buat diri sendiri untuk dapetin apa yang mereka inginkan. Misalnya kalo orang kategori ini ditanyain "Kapan dapet kerja?", lalu mereka akan menerima pesan ini menggunakan reseptor-reseptor (halah) dan menerjemahkan pesan ini jadi motivasi. Kalo saya bisa transcribe apa yang mungkin muncul di otak mereka adalah sepenggal lirik lagu dari R Kelly yang judulnya terkenal banget melebihi penyanyinya siapa yaitu, "I believe I can fly, I believe I can touch the sky...". Mereka akan ngerasa terpelatuk, kalo kata anak jaman sekarang. Mereka akan ngerasa terpelatuk untuk mengurangi populasi unemployment yang luar biasa besar jumlahnya sekarang ini.
3. The-I-Do-Not-Give-A-Damn-One
The last, but not least is the people who don't really give a damn to anything. Maksudnya? Iya, jadi ada tipe orang yang cueknya ngalahin pacar kalian kalo lagi butuh waktu buat diri sendiri. Iya, pacar kalian, siapa lagi.
Kayak pacar kalian kalo lagi butuh waktu buat diri sendiri, nggak akan bales tuh chatting kamu yang lebih mirip novel panjangnya. Ya 11-12 lah sama tipe orang ini. They will be just CHILL atau apapun yang terjadi mereka cuma woles, kalo kata anak kekinian. Pas ditanyain "Kapan nikah?" paling mereka jawab "May. May..be yes, may..be no" (kayak iklan rokok yang tayang tahun 2010an). Mereka nggak akan ngerasa triggered atau terpelatuk sama sekali. Bagus sih dari sisi nggak gampang bapernya (dari sudut pandang orang yang gampang baper), tapi kalo nggak peduli terus, nanti nggak kepikiran untuk achieve tujuan-tujuan itu, in extreme way.
Shortly, karena saya sekarang di kategori nomor 1, pengen banget besok atau entah kapan di masa depan (yang sedang diusahakan) berubah status jadi kategori 2. Semoga usahanya berhasil karena setelah dipikir-pikir kalo di kategori 1 terus bahaya juga. Bahayanya adalah: Nggak semua orang mau mengerti kita, kita yang harus bisa ngerti orang lain. When no one will listen, who will you speak to? Ya apa iya? Iya dong...
Nah itu kan saya. Kalo kalian kategori apa menurut pengamatan receh saya? Let me know ya!
Komentar
Posting Komentar