Berfikir lagi, menangis lagi, menyendu-nyendukan diri kembali. Terjebak di kebutaan hati. Terperosok tanpa arah tujuan di keheningan malam yang sunyi. Berselimutkan dinginnya angin malam yang seolah menusuk hingga relung hati. Butuh kehangatan dan cahaya pijaran meski setitik. Tapi? Bisakah aku menemukannya? Bahkan aku tak tahu kini ada dimana, sunyi, gelap, buta! Apa yang kau fikirkan, ha? Masa bodoh kau mau fikirkan tentangku, tentangnya atau tentang sesuatu yang berbisik dari kejauhan memanggil-manggil syahdu namamu di kesunyian malam. Aku tak ingin kau fikirkan, bahkan kau rasakan. Karena aku bukanlah sebotol sambal yang bisa kau tuang, kau colek, kau makan dengan lahap. Itu bukan aku! Aku lebih berharga dari sebotol sambal bermerek abjad berurutan yang biasa kau santap! Persetan dengan kau yang menganggapku laiknya sebotol sambal.. Kau persetan! Aku sombong, dan aku bahagia dengan kesombonganku.. Aku bangga aku menjadi emas diantara kotoran-kotoran sapi yang tercecer dihalaman...
Sharing cliché and random stories